Dampak Frekuensi Audio Pada Indera Manusia

Daftar Isi
Banyak dari kita yang sudah mengenali dampak-efek frekuensi audio terhadap psikologis, panca indera, bahkan terhadap fisik kita, tetapi di sini saya ingin membahas efek-efek tersebut secara lebih dalam dan juga saya ingin menerangkan beberapa pengaruh kasatmata frekuensi audi terhadap kejiwaan manusia berdasarkan sumber-sumber terpercaya.

1. AUDIO SEBAGAI “AGENT OF DESTRUCTION”

Manusia mempunyai jarak pendengaran 20 Hz hingga 20 kHz dalam kondisi prima, tetapi jarak ini menurun seiring berjalanya waktu, audio dalam jarak 20 Hz sampai 20 Khz ini dapat menghipnotis psikologi insan, umpamanya bunyi gemuruh drum perang, hingga suara dentuman baton polisi ke tameng anti huru-hara, ini semua menawarkan efek psikologis terhadap manusia yang mendengarkanya, bunyi seringkali juga sering di kaitkan dengan hal-hal negative mirip kutipan ini, “Behold, I will bring evil upon this place, the which whosoever heareth, his ears shall tingle” (Jeremiah 19.3)”.
Selain itu audio/bunyi juga biasa di gunakan dalam peperangan/penyerangan, biasa juga di sebut “psycho-acoustic warfare”, ini terjadi dalam pengepungan Waco di Texas dimana biro federal menggunakan bunyi-suara yang menggangu dan tidak mengenakan untuk mensugesti psikologis lawanya, mirip memakai bunyi bayi menangis, suara bor, dan macam-macam suara tidak mengenakan lainya, dan juga psycho-acoustic warfare ini terbukti sangat efektif, seperti bila kita kehilangan kesanggupan pendengaran, kita akan mengalami dis-orientasi, perubahan psikoligis di dalam tubuh terjadi pada tekanan suara 120 samapi 140 dB (decibel), korban akan mencicipi perasaan tidak nyaman dan rasa sakit pada pendengaran, pada tekanan bunyi 160 dB gendang pendengaran akan terluka bahkan bisa pecah.
Namun efek suara terhadap tubuh tidaklah tergantung pada pendengaran, lantaran intinya bunyi adalah energy getaran, jadi pada frekuensi 50 Hz – 100 Hz dengan tekanan sekitar 160 dB bisa di tentukan badan kita akan mencicipi getaran walaupun telinga kita, kita tutup, khususnya di potongan dada yang mau berasa sekali dentumanya, pada frekuensi ini kita juga bisa mencicipi mual, dan sakit kepala.
Gelombang kejut frekuensi mengengah dan tinggi yang disebabkan oleh ledakan bisa menciptakan imbas yang cukup mengerikan terhadap insan, contohnya ledakan bom pada level 140 dB bisa membuat kita kehilangan kesanggupan pendengaran sementara, pada level yang lebih tinggi sekitar 170 dB kita bisa kehilangan pendengaran seacara permanen, pada level di atas 195 dB membrane timpanik kita mulai terluka dan bisa hancur, dan pada level di atas 200 dB bisa mengakibatkan kerusakan paru-paru dan bahkan kematian,”Noise is violence: it disturbs. To make noise is to interrupt a transmission, to disconnect, to kill.”

2. AUDIO SEBAGAI TERAPI MUSIKAL


Namun tidak semua efek dari suara itu negative, beberapa sumber menyampaikan bahwa suara juga bisa di gunakan selaku terapi dan juga biasa disebut Music Therapy, terapi music bisa di kaitkan hingga jaman Yunani kuno, ilahi mereka, tuhan Apollo adalh dewa music sekaligus yang kuasa penyembuhan, tidak heran bangsa Yunani antik yakin akan kekuatan penyembuhan dengan music, tidak cuma di Yunani, bangsa mesir pun mempercai dengan kekuatan music selaku penyembuhan, filsafat Yunani Plato mengatakan bahwa music mampu mempengaruhi keadaan jiwa dan juga emosi seseorang, dia juga menyebutkan bahwa music bisa menghipnotis suatu karakter seseorang.
Aristotle juga menyampaikan bahwa music yakni tenaga yang dapat memurnikan jiwa, praktik terapi music ini sudah ada sejak 400 B.C, dimana Hippocrates memainkan music terhadap pasienya supaya kondisi mereka membaik, dan di abad ke 13 rumah sakit di Arab sudah menyediakan ruangan music untuk pasien mereka, bahkan al-Farabi seorang psikologis dan music theorist asal Persia,
dalam risalahnya berjudul Meanings of the Intellect yang meniliti imbas terapi music terhadap kondisi jiwa menyebutkan bahwa imbas dari music itu sangatlah banyak terhadap jiwa.
Terapi music juga sering di kaitkan dengan perkembangan bawah umur, mirip membantu mereka bawah umur yang memiliki masalah dengan berkomunikasi, motivasi, dan juga persoalan dalam berprilaku, berdasarkan Daniel Levitin, pengalaman insan mendengarkan music sudah terjadi dalam kandungan, tetapi banyak yang mengira bahwa bila kita menyimak music khususnya banyak yang yakin music classic bisa mengembangkan intelejen anak mereka bila di dengarkan semenjak dalam kandungan itu ternyata tidak sepenuhnya benar meskipun dalam beberapa penelitian di sebutkan bahwa menyimak music kepada janin itu baik untuk perkembangan otak bayi, memang bayi dalam kandungan bisa menyimak suara-suara dari luar kandungan namun itu tidak sepenuhnya menyebabkan bayi itu berilmu, karena menurut penelitian yang di lakukan Gordon Shaw spesialis syaraf University of California menyebutkan beradasarkan observasi yang di fokuskan terhadap anak berumun 3-4 tahun bahwa music memanglah memiliki peran yang besar dalam pertumbuhan otak mereka.

3. HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI AUDIO DENGAN BRAIN WAVES

Mungkin anda pernah mendengar wacana Brain Waves atau gelombang otak, brain waves ini sangatlah peka terhadap frekuensi suara, bila anda perhatikan banyak pusat kebugaran memakai music yang memompa semangat, lantaran music tersebut dapat membuat anda berlatih lebih keras dan amksimum,namun bila anda mengetahui cara kerja bunyi dan music merubah brain waves anda niscaya akan terkejut, lantaran hanya dengan menyesuaikan gelombang bunyi dengan gelombang otak anda bisa mengganti kondisi mental dan fisik anda.
Brain Waves di bagi menjadi 4 katagori seperti pada gambar berikut ;



Pertama gelombang Alpha gelombang yang berjarak antara 8 – 13.9 Hz gelombang yang bisa menimbulkan rasa damai, pembelajaran super, dan rasa focus, lalu ada gelombang Beta yang berada di jarak 14-30 Hz yang dapat menghipnotis, konsentrasi, rangsangan, dan kewaspadaan, kemudian gelombang Delta yang mengakibatkan, tidur tak berkhayal, pertumbuhan hormone manusia, dan kehilangan kewaspadaan tubuh, dan terakhir ada gelombang Theta berjarak sekitar 4 – 7.9 Hz gelombang ini bisa menghipnotis mimpi pada tidur anda, memajukan kualitas memori dan pembelajaran, kenaikan kreativitas, dari 4 gelombang tersbeut kita bisa beradaptasi gelombang yang kita perlukan dalam suatu aktivitas, banyak caranya untuk menstimulasi brain waves ini, contohnya dengan menyimak music-music yang banyak bermain di gelombang rendah bisa menghipnotis brain waves pada otak kita.
Kebanyakan manusia tanpa disadari hidup dengan gelombang Beta, lantaran rata-rata pendengaran insan berjarak 20 Hz-20 KHz, tanpa di sadari kita hidup dalam kondisi terangsang, terfokus, berhati-hati, namun rawan tertekan, jadi banyak insan yang menjajal menurunkan gelombang otak mereka salah satunya dengan bermeditasi, dengan bermeditasi secara tidak sadar insan sedang melatih otaknya untuk memasuki gelombang Alpha, ini di karenakan saat bermeditasi kita focus pada satu hal saja entah itu objek ataupun bunyi, dan ini membuat gelombang otak kita tenang dan santai sehingga mencapai ke gelombang Alpha dengan stabil.
Namun seiring berjalanya penelitian, penyesuaian gelombang otak juga bisa di kerjakan dengan desain “brainwave entrainment” yaitu rancangan yang menggunakan ketukan “binaural” misalnya dengan mendengarkan 2 bunyi dengan frekuensi yang akrab akan menyebabkan frekuensi difrensial teladan, bila anda mendengarkan frekuensi 495 Hz dan 505 Hz secara bersama-sama akan membuat ketukan binaural sebesar 10 Hz, gelombang yang berada di antara frekuensi Aplha, seperti gambar berikut;

Pada kesempatan ini saya juga berkesempatan untuk mewawancarai dan berdiskusi dengan seorang sound engineer, dan saya menanyakan beberapa efek psikologis dan dampak pada indera insan berikut rangkuman diskusi dan wawancara dengan saudara Aba seorang sound engineer, mixing engineer, dan recording engineer di salah satu PH terkemuka di Jakarta.
Pertama saya menanyakan wacana phobia bunyi, contohnya pada frekuensi tertentu yang terdengar oleh seseorang, maka orang tersebut akan mengalami rasa tidak tenteram dalam mendengar bunyi pada frekuensi tersebut dan juga bisa menimbulkan efek emosional yang kurang mengenakan, dan saya bertanya kepada kerabat Aba, apakah beliau mempunyai phobia bunyi pada frekuensi tertentu, lalu dia menjawab bahwa dia mempunyai phobia suara pada gelombang low sampai high mid, atau sekitar 500 Hz – 1 KHz, dan dia juga menerangkan bahwa setiap insan mempunyai jarak frekuensi phobia bunyi yang berlawanan, tetapi pada umumnya manusia akan mencicipi rasa tidak tenteram pada frekuensi 4 KHz – 8 Khz, dan malah pada frekuensi 12 KHz ke atas mereka akan merasa lebih tenteram, ini mungkin di karenakan frekuensi 4 – 8 KHz ini sering juga di bilang frekuensi nuzzle dan hiss sound, dimana bunyi yang terlalu di boost di frekuensi tersebut akan menjadikan pengaruh tidak tenteram pada pendengarnya, lalu saya menanyakan apakah phobia suara juga bisa terjadi kepada pendengar music biasa , apakah hal ini terpengaruh terhadap treatment saat mixing lagu, dan dia merespon, bahwa sesungguhnya treatment mixingan terhadap lagu bisa mempengaruhi kenyamanan seseorang dalam mendengarkan lagu tersebut, terlepas dari karakter mixingan seorang mixing engineer, contohnya pada ketika dia me-mixing lagu saudara Aba akan mencari frekuensi yang menggulung dan yang dirasa menggangu kenyamanan sang pendengar, ini di karenakan bila dalam suatu mixingan lagu terdapat frekuensi yang menggangu makan frekuensi tersebut bisa membuat pendengar tidak tenteram menyimak lagu tersebut, jadi untuk menghindari hal-hal tersebut, ia menggunakan tehnik cut/boost 3dB dimana frekuensi yang menggangu tersebut di potong sebanyak 3 decibel, teknik ini sungguh efektif untuk menetralisir frekuensi yang mengganggu, lalu saya juga bertanya wacana kinerja telinga seorang sound engineer jika mesti dihadapkan pada pekerjaan yang menuntut durabilitas telinga yang cukup tinggi, kemudian dia menjelaskan bahwa ke efektifan pendengaran manusia tergantung terhadap kondisi tubuh, dan umur, dan dia juga menerangkan bahwa pendengaran insan itu efektif berkisar 3 -5 jam, lebih dari itu akan terjadi fenomena yang berjulukan ear fatigue, dan ear fatigue tersebut sangat menghipnotis kinerja seorang sound engineer, di karenakan mereka akan kehilangan kesanggupan untuk mendengar beberapa frekuensi tertentu, jadi di rekomendasi kan dalam rentang waktu 3 jam maka anda harus secepatnya beristirahat agar kinerja pendengaran anda dapat kembali optimal, dalam potensi ini saya juga menanyakan adakah efek dari suara / audio kepada reaksi kimia tubuh, dan ia menjelaskan bahwa ternyata bunyi atau audio juga memiliki imbas kimia dalam badan dia menunjukkan pola, jikalau kita mendengar bunyi seorang yang kita cintai, maka akan terjadi reaksi emosional terhadap diri kita yang sering menimbulkan kita merasa bahagia, hati kita berdegup kencang, begitu pula sebaliknya bila mendengar suara orang yang kita kurang suka maka kita akan mengakibatkan emosi yang negative yang membuat kita kurang nyaman, itu di karenakan otak kita merekam suara tersebut dalam memori dan itu menawarkan kita perintah untuk merespon bunyi tersebut dengan rasa yang positif atau yang negative, begitu juga halnya dengan music, bila kita mendengar music dengan nada-nada yang ceria maka kita akan secepatnya merasakan perasaan yang riang serta bangga, sebaliknya kita akan ikut mencicipi hal menyadihkan ketika kita mendengar lagu-lagu atau music yang memiliki nada – nada yang minor.
Itulah wawancara singkat saya bersama kerabat Aba seorang sound engineer yang memliki pengalaman yang banyak dalam imbas frekuensi terhadap kejiwaan dan panca indera kita, dan wawancara tadi juga menutup makalah yang saya buat ini.
Kesimpulanya bahwa suara/audio, sangatlah mempunyai tugas penting terhadap kondisi jiwa dan juga panca indera manusia, dari imbas yang destruktif hingga imbas yang konstruktif, ini kembali lagi terhadap kebijakan anda dalam memanfaatkan hal tersebut, sekian dari saya dan terimakasih telah membaca.

Posting Komentar